Memupuk Kasih Sayang Dengan Traveling Bersama Anak
20.33.00Dieng. Pic by Abby Onety |
Rutinitas yang padat hari ini menyisakan
kelelahan yang luar biasa, capeknya sudah tingkat dewa. Namun, ketika sudah
balik kerumah dan berkumpul dengan anak-anak dan anggota keluarga lainnya, rasanya
kelelahan ini langsung sirna. Ibarat kata
pepatah ”kemarau setahun terhapus hujan sehari”. Mungkin seperti itulah gambaran perasaanku.
Kalimat diatas
merupakan gambaran betapa pentingnya kehadiran keluarga ditengah-tengah
kehidupan sosial yang kita jalani. Keluarga
sebagai penyemangat diri, pelipur lara, sekaligus sebagai sumber motivasi dalam
kehidupan termasuk perannya dalam menunjang karir. Kita yang sering terjebak dalam aktivitas
kantor atau pun aktivitas kehidupan lainnya yang sibuknya super dupel,
terkadang lupa akan waktu untuk keluarga.
Memang sih, agar
bisa melanjutkan hidup, manusia butuh makan sehingga kita harus bekerja. Kata
orang, hidup itu akan terasa nikmatnya setelah kita lelah berjuang
lalu menikmati hasilnya. Salah satunya cara menikmati hidup setelah lelah berjuang adalah
dengan melakukan perjalanan atau traveling.
Berkunjung ke beberapa destinasi wisata yang banyak tersebar di seluruh nusantara. Ingat bahwa kehidupan kita bukan hanya
dikantor dan dirumah. Indonesia kaya
akan budaya dan panorama alamnya yang indah.
Manjakan diri dengan melakukan perjalan bersama keluarga. Hidup itu harus seimbang, manusia tidak hanya
butuh kerja untuk makan tetapi juga perlu merefresh diri. Traveling bersama keluarga tidak hanya melenturkan
ketegangan otot dan otak, tetapi juga meningkatkan
hubungan keharmonisan keluarga.
Bicara soal traveling
bersama keluarga, saya teringat akan kisah perjalanan 2 tahun yang lalu bersama anak angkatku. Saya sengaja merencanakan perjalanan ini agar
bisa punya banyak waktu bersamanya. Saat
itu, kami bekunjung ke kampung halamannya sekaligus menengok ibunya. Tepatnya di Kabupaten Wonosobo, Jawa
tengah. Berangkat dari Makassar menuju
Jakarta. Nginap dua malam di Jakarta karena
anakku bertemu dengan bapaknya lalu lanjut ke Wonosobo dengan moda transportasi
darat yaitu bus. Perjalanan Jakarta-Wonosobo
dapat di tempuh selama 12 jam dengan tarif Rp. 150.000.
Saat itu saya berada
di Desa Sawangan, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Wilayahnya
berada di pegunungan sehingga kami bebas menikmati hawa dingin nan sejuk. Banyak
sayuran-sayuran dan buah-buahan yang segar.
Air yang digunakan pun langsung dari gunung dengan memakai selang pipa
kecil. Wow.. airnya dingin dan segeeerr.
Tiga malam berada di
Wonosobo, saya tidak menyia-nyiakan waktu untuk mencicipi kuliner asli
daerah. Salah satunya adalah Mie Ongklok,
ada juga Carica. Saya juga manfaatkan waktu jalan-jalan ke
Dieng. Dieng adalah dataran tinggi yang
bentukya seperti gugusan bukit yang juga merupakan salah satu pegunungan vulkanik
yang masih aktif.
Naik angkot dari desa
sawangan menuju terminal angkutan ke
Dieng dengan tarif Rp. 5000 per orang. Dari
terminal kami naik bus 3/4 menuju Dieng
dengan badget Rp 25.000 per orang. Sepanjang
perjalanan mata kami dimanjakan dengan pemandangan alam yang menyejukkan mata. (Duhai Dieng... indah nian dikau). Kulirik anakku, dia tersenyum bahagia. Selain bisa berjumpa dengan kedua
orangtuanya, perjalanan ini juga membuatnya
bahagia. Momen perjalanan ini memberikan kami banyak
waktu untuk berdua saja sehingga dengan mudah mengedukasi dia dengan berbagai
macam hal tentang plus minusnya kehidupan.
Semoga kelak bisa siap menjalani kehidupan yang semakin keras.
Dieng menyambut kami
dengan hawa yang sangat dingin, kabutpun turut menyapa sampai harus memakai
sarung tangan dengan jaket berlapis dua.
Klo tidak, sudah pasti diriku membeku.
Oh ya... di sekitar Dieng banyak hostel atau home stay yang siap di sewa
dengan biaya murah jika ingin menginap.
Kami menyewa sebuah
sepeda motor dengan tarif Rp. 30.000 untuk sehari keliling-keliling sekitar Dieng. Sepeda motor matic berwarna hitam membawa
kami ke Kawah Sikidang. Jika menyambangi
Kawah Sikidang, jangan lupa memakai masker agar bau busuk belerang tidak
menusuk hidung. Lanjut ke Telaga Warna
dan Candi Arjuna dan candi-candi lainnya di Dieng. Menjelang malam, baru kami menuju pulang
dengan moda transportasi yang sama. Satu
hari kami mengeksplore Dieng. Jika diingat-ingat,
rasanya ingin segera berkunjung kembali ke tempat itu. Malamnya kami langsung packing untuk melanjutkan
perjalanan esok harinya menuju Jogjakarta.
Menginap semalam di jogja lalu lanjut ke Makassar.
Tulisan
ini diikutsertakan dalam tantangan #SatuHariSatuKaryaIIDN
10 komentar
Asyiknya kak Abby merasakan traveling dan membaur dengan warga lokal :)
BalasHapusIya Ery... di jogja pun begitu. Ngunap di asrama sulsel teus di bawa jalan2 kerumah penjaga asrama.
HapusAjakki jg kodong lett
HapusKapan lett... hayyuukk
HapusAsik, kencan berdua sama anak...
BalasHapusIyaa.... senang banget bisa jalan bareng ma anakku
HapusFamily time, nice!
BalasHapusIyyaa
HapusSerunya ya kak travelling sama keluarga :)
BalasHapusIyya dek
Hapus