Kontribusi “Rumah Hijau Denassa” Terhadap Pelesarian Tanaman
22.43.00
“Tidak
ada alasan untuk tidak mencintai lingkungan”, kalimat ini sering saya
ucapkan kepada siapapun terutama kepada anak didik saya. Setiap kesempatan disela-sela jam mengajar
selalu saya selipkan kalimat “jaga
lingkungan, lestarikan tanaman”.
Sebab, banyak sekali manfaat yang telah kita peroleh dari keduanya. Seluruh kebutuhan hidup disiapkan oleh
alam, pemenuhan hidup sandang, pangan,
dan papan adalah kontribusi dari alam. “masihkah
kita tidak mencintai alam?”.
Dalam konsep biologi, manusia, tumbuhan
dan hewan merupakan suatu komponen mahluk hidup yang saling berinteraksi dan
punya hubungan timbal balik dengan lingkungan.
Manusia sebagai konsumen tidak bisa hidup tanpa komponen lainnya dan
sebaliknya. Dari ketiga komponen mahluk
hidup itu, manusia adalah komponen yang paling sempurna. Manusia diberikana
akal dan pikiran. Oleh karena itu, manusia harus mampu menjaga dan melestarikan
lingkungan. Masalahnya adalah “mampukah kita sebagai manusia mengemban
amanah ini?”.
Akal dan pikiran manusia digunakan untuk
mengelola sumber daya alam, menjaga dan melestarikan agar tidak punah bukan
malah mengeksploitasi alam. Pemanfaatan
alam secara berlebihan akan mengakibatkan kepunahan beberapa jenis tanaman yang
mungkin anak cucu kita kelak hanya akan mengenal beberapa tumbuhan dalam bentuk
sejarah saja, tidak lagi bisa melihatnya secara langsung. (menyedihkan bukan?)
Fenomena di atas menggerakkan hati
seorang pemuda bernama H. Darmawan Daeng Nassa yang lebih akrab dengan sapaan “Denassa”
singkatan dari “Daeng Nassa”. Pemuda asal
Bontonompo Kabupaten Gowa yang juga pernah menjabat sebagai ketua Hipmi (Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia) Kabupaten Gowa, membangun sebuah rumah dengan konsep
rumah hijau secara suka dan rela. Rumah
dan lahan yang digunakan untuk membangun rumah hijau ini adalah miliknya
pribadi. Pengelolaannya pun secara pribadi, hanya bersama istri dan anak-anaknya.
Berawal dari kegelisahan hati seorang
Denassa yang rindu akan masa kecilnya dulu, saat berinteraksi dengan beberapa
jenis tanaman yang sekarang ini telah jarang di jumpainya. Kegelisahan itu semakin menjadi setelah mendapat pertanyaan dari anaknya
tentang bentuk fisik nyata beberapa tanaman dari cerita Denassa tapi tanaman yang dimaksud
telah jarang bahkan tak lagi dijumpai saat ini. Denassa mulai bergerak
melestarikan pohon dan tanaman yang ada disekelilingnya dengan menanam beberapa
jenis tanaman baik jenis tanaman yang sama maupun yang belum ada dalam tanaman
koleksinya.
Seiring berjalannya waktu, Denassa telah
melakukan banyak hal bersama rumah hijaunya. Rumah Hijau Denassa yang disingkat
dengan RHD, kini telah menjadi kebanggaan banyak orang. Berjalan mengelilingi rumah hijau membawa
kita merasa seakan berada di hutan, padahal letak rumah hijau berada di pinggir
jalan kota Kecamatan Bontonompo yang lumayan ramai. Disekeliling pekarangan terdapat berbagai jenis tanaman yang
memperkaya nuansa alamiah sebuah desa di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Salah satu hal yang menarik dari koleksi
tanamannya adalah dua pohon unik yang saling melengkapi yaitu jenis pohon
beracun yang ditanam berdampingan dengan tanaman penangkalnya.
Belakangan ini RHD mulai dilirik oleh
banyak orang. RHD telah mendapat
apresiasi dari berbagai pihak yang di tandai dengan beberapa penghargaan yang
telah di terima oleh Denassa baik dari lembaga sosial maupun dari pihak pemerintah. Bentuk apresiasi lainnya juga di tandai
dengan seringnya menerima kunjungan dari berbagai kalangan baik secara personal,
komunitas hingga pihak pemerintah terutama yang terkait dengan dinas
pertanian. RHD menjadi pilihan yang
tepat sebagai bagian wajib kunjung untuk meningkatkan kecintaan terhadap
tanaman karena dapat mengedukasi masyarakat dan meningkatkan pemahaman tentang pentingnya
melestarikan tanaman, sekaligus menikmati suasana alam RHD yang sejuk alami
bebas polusi.
0 komentar