Jangan Melupakan Sejarah: Mari Bersama Merawat Cagar Budaya Kita
12.13.00
Alhamdulillah,
senang sekali bisa hadir pada salah satu event
di Kota Makassar baru-baru ini. Event yang mengangkat tema “Merawat Cagar Budaya Kita: Pentingnya
Memelihara, Merawat dan Mempertahankan Situs Sejarah dan Kebudayaan Kota
Makassar di Era Milenial”.
Menarik sekali bagi saya yang masih merasa kurang pengetahuan tentang
sejarah Indonesia terutama Kota Makassar sehingga tidak menyia-nyiakan
kesempatan ini untuk hadir bincang seputar cagar budaya, sekaligus berdiskusi
tentang sejarah Kota Makassar. Saya
diundang sebagai perwakilan guru yang membawa 5 orang siswa untuk hadir diacara
ini, jadi kehadiran saya bukan sebagai blogger tetapi alhamdulillah ada
beberapa teman blogger yang juga turut hadir sehingga saya yakin kalau informasi
tentang acara ini bisa tersebar ke lebih banyak orang lagi melalui tulisan
mereka di blog.
Acara
ini diinisiasi oleh Balai Pelestarian
Cagar Budaya (BPCB) Sulawesi Selatan yang bekerjasama dengan Lembaga Lingkar. Lembaga lingkar adalah sebuah komunitas yang
bergerak dalam menyelenggarakan acara yang bertema kebudayaan , sejarah dan
sastra. Acaranya berlangsung selama 2
hari di Hotel Dinasty Makassar. Tepatya pada hari Sabtu dan Minggu, tanggal 13/14
April 2019 dari pukul 8.30 sampai pukul 16.30. Hari pertama diisi dengan seminar sehari, sementara
hari kedua yaitu Minggu, 14 April 2019
digunakan untuk jalan-jalan di wilayah Pecinan.
Di wilayah inilah kita bisa melihat langsung bangunan-bangunan tua
peninggalan Cina. Ini adalah salah satu
bukti sejarah akan kehadiran masyarakat Tionghoa di Makassar.
Kepala
BPAC Sulwesi Selatan Drs. Laode Muhammad Aksa, M.Hum hadir membawa materi
seputar pelestarian dan perlindungan cagar budaya setelah ibu Irwani Rasyid
(kepala unit dokumentasi & Publikasi Balai Pelestarian Cagar Budaya
Sulawesi Selatan) memberikan sambutannya. Hadir pula pak Dias Pradadimara, MA (Dosen sejarah
Universitas Hasanuddin) dengan judul materi yang dibawakan adalah Membentuk Kota
Makassar, Perkembangan Kota, Heritage dan Cagar Budaya.
Irwani Rasyid (pic by:Mugniar) |
Jangan Lupakan Sejarah
Acara
ini menjadi sangat menarik atas kehadiran salah satu pembicara dari
Jakarta. Beliau sangat familiar
dikalangan anak muda dan sejarawan. Kang
Asep, demikian sapaan akrabnya. Seorang sejarawan sekaligus founder komunitas
Historia Indonesia, hadir membawa materi yang berjudul “Manajemen Pengelolaan
Cagar Budaya.”
Materi
yang dibawakan dikemas dengan sangat kreatif sehingga para hadirin tidak gerah
selama mengikuti paparannya. Peserta yang
hadir sesekali tertawa karena lelucon dari Kang Asep. Sejarah merupakan jati diri bangsa, jadi
siapa yang melupakan sejarah sama artinya dengan tidak punya jati diri. Kan tidak lucu klo lupa akan asal usul diri
sendiri, kemana kita akan kembali. Olehnya
itu, jangan sekali-sekali lupakan sejarah.
Satu
kalimat menohok dari Kang Asep Kambali “Untuk menghancurkan suatu bangsa,
musnahkan ingatan sejarah generasi mudanya_Asep Kambali.” Kalimat ini saya bilang menohok karena saya
sendiri langsung merasa belum punya banyak pengetahuan tentang sejarah bangsa
sendiri di usia yang tidak lagi muda.
Ini artinya peran saya sebagai seorang pendidik harus lebih banyak
belajar lagi tentang sejarah untuk bisa menginformasikan sejarah bangsa kepada
anak didik, ini belum terlambat bukan?.
Sejarah Masyarakat Tionghoa Di Makassar
Yeri
Wirawan - Dosen Universitas Sanata Darma dan penulis buku Masyarakat
Tionghoa Makassar, membawa materi
tentang sejarah kehadiran masyarakat Tionghoa di Makassar. Menurutnya, tidak ada catatan sejarah yang
mencatat secara pasti awal mula kehadiran masyarakat Tionghoa di Makassar. Tetapi, bangunan-bangunan tua peninggalan
Cina menjadi saksi kehadiran masyarakat Tionghoa di Makassar pada masa lalu,
seperti bangunan Klenteng Maco Po yang
terletak diwilayah Pecinan Makassar. Namun,
perkembangan kota Makassar tidak bisa lepas dari peran serta masyarakat
Tionghoa di Makassar.
Jalan-Jalan Di Kawasan Pecinan
Sayang
sekali di hari kedua kegiatan kegiatan ini saya tidak bisa hadir karena saya
harus meninggalkan kota Makasar menuju Osaka, Jepang. Padahal sudah niat banget pengen ikutan jalan
melhat bangunan-bangunan tua yang ada di Kota Makassar. tetapi saya tetap memantau kegiatan ini lewat
media sosial dan grup WhatsApp teman-teman sehingga todak ketinggalan banyak
informasi. Kisah perjalanan peserta bisa
dilihat melalui foto-foto dibawah ini:
2 komentar
Sayang banget pas hari kedua kakak nggak ikutan ya. Padahal menarik banget kak acaranya, kita jadi tahu sejarah dan cerita orang Cina di Makassar. Ahh jadijadi pengen ikutan lagi kalau ada acara ini he he he
BalasHapusYuk kakak guru, kita sama2 brlajar sejarah bangsa, biar bisa diteruskan ke generasi penerus kita.
BalasHapus