Rohana Kudus, Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia
12.27.00Rohana Kudus (Sumber foto: www.google.co.id) |
Sepuluh November yang di peringati sebagai hari pahlawan
mengingatkan saya tentang beberapa pahlawan perempuan yang tersebar di seluruh
nusantara. Kali ini yang lebih memikat
hati dan pikiran saya adalah salah seorang wanita luar biasa yang berasal dari
pulau Sumatera tepatnya di Sumatera Barat.
Kenapa? Karena beliau adalah sosok seorang perempuan yang berani
mengakses dirinya yang hidup pada zaman R.A Kartini di mana pada masa itu akses pendidikan masih
sangat terbatas untuk perempuan. Tetapi
beliau telah menjadi seorang wanita pertama yang berjuang menjadi jurnalis dan
pada akhirnya berhasil mendirikan surat
kabar pertama di Indonesia pada masanya.
Selain menjadi jurnalis, Rohana pun menjadi seorang pendidik
(guru) di kampung halamannya. “Roehana
School” adalah nama sekolah yang berhasil dibangunnya. Dalam
usia yang masih sangat muda, dia telah menjadi seorang guru yang
mengajarkan baca tulis kepada perempuan-perempuan lain di kampungnya. Rohana sendiri belajar baca tulis dari
beberapa majalah yang berbahasa Belanda.
Majalah-majalah itu dia dapatkan dari bapaknya setelah pulang
kantor. Dia juga mendapatkan
majalah-majalah yang berbahasa Belanda itu dari tetangganya, istri dari orang Belanda. Selain itu, Rohana juga diajarkan beberapa
keterampilan perempuan misalnya; menjahit, menyulam, dan merenda.
Tidak banyak yang mengetahui sosok seorang Rahona Kuddus, tidak
se-familiar Kartini, tetapi jasa-jasanya dalam bidang jurnalistik menjadi
sejarah sekaligus kebanggaan bagi perempuan Indonesia pada khususnya dan bagi
bangsa Indonesia pada umumnya. Beliau
telah mengharumkan nama perempuan Indonesia yang pada masanya berjuang untuk
mengangkat derajat perempuan. Tulisannya
banyak menyoroti tentang kehidupan perempuan termasuk menolak poligami karena
merugikan kehidupan perempuan dan keluarga. Tulisan lainnya pun banyak
menyoroti pemerintah Belanda sehingga menjadi seorang yang sangat di benci oleh
Belanda. Akibatnya Rohana tidak di
dukung oleh Belanda untuk menjadi tokoh pahlawan nasional layaknya
R.A.Kartini.
Melalui tulisan-tulisannya, Rohana telah membuka mata para
perempuan lainnya untuk segera bangkit dari segala keterbatasan dalam mengakses
pendidikan agar mampu mengaktualisasikan dirinya. Terbukti banyak perempuan yang belajar pada
sosok seorang Rohana Kudus.
Bagaimana
dengan perempuan masa kini?
Tidak sulit untuk menjawab pertanyaan ini, sebab seiring
perkembangan zaman, telah banyak perempuan yang menempati posisi penting dalam
struktur kepemimpinan. Telah banyak
perempuan yang menjadi Lurah, Camat, Bupati, Walikota, Menteri bahkan Presiden
sebagai sebagai lembaga tinggi Negara. Belum
lagi yang menjadi pemimpin perusahaan dan masih banyak lagi profesi
lainnya. Ini semua karena akses
pendidikan semakin terbuka lebar secara global untuk perempuan Indonesia. Saat ini perempuan bisa menimbah ilmu
sebanyak-banyaknya sesuai dengan minat dan kemampuannya sehingga perempuan pun semakin
cerdas, pintar dan bermartabat serta mampu mengembangan potesi diri yang
dimilikinya.
Sehubungan dengan Rohana Kudus yang seorang jurnalis, pun
tidak sulit untuk menemukan perempuan masa kini yang berprofesi sebagai seorang
jurnalis. Misalnya; Najwa Shihab yang
sukses menjadi presenter Mata Najwa karena keterampilannya di bidang
jurnalistik. Banyak perempuan yang telah
memilih dunia tulis menulis (literasi) untuk berbagi hal-hal positif kepada
banyak orang, kepada masyarakat luas. Hal
ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Adinegoro bahwa jurnalistik adalah
semacam kepandaian karang mengarang dan memberi pengkabaran kepada masyarakat dengan
selekas-lekasnya agar tersiar
seluas-luasnya. Penyebaran informasi
semakin penting dan semakin gampang di era teknologi sekarang ini. Perempuan pun semakin berpeluang untuk
menuangkan ide-ide kreatifnya.
0 komentar