Selamat Hari Ibu
18.24.00
Selamat Hari Ibu
By; Abby Onety
Aku tertegun lama di depan laptop saat
akan menulis tentangmu ibu. Di hari ibu
ini, 22 Desember 2014, Tak tau apa yang harus aku tuliskan, dari mana
memulainya dan akan berakhir dimana. IBU….
Engkau terlalu indah untuk dituangkan dalam sebuah tulisan. Seindah apapun
tulisan ini, rasanya tak sanggup dan tak pantas menandingi keindahanmu yang sesungguhnya. IBU….. Menulis tentangmu rasanya memori laptop
ini tak kan cukup untuk menampung semua ceritaku. Cerita
tentangmu telah terukir indah dan abadi dalam memori hidupku. Menyatu dalam setiap denyutan nadiku,
mengalir bersama aliran darahku hingga disetiap nafasku selalu ada kamu, IBU.
Masih
ingatkah ibu dengan lagu ini? “Satu-satu aku sayang IBU. Dua-dua aku sayang AYAH. Tiga-tiga sayang
ADIK KAKAK. Satu, dua, tiga, sayang
semuanya”.
Lagu ini adalah lagu favorit saya di
masa kecil kala bercengkerama bersama keluarga kita. Ayah selalu mengajari aku untuk menghafal
lagu ini. Kadang-kadang aku salah
menghafal baris kalimatnya. Baris
pertama saya tempatkan pada baris kedua, atau sebaliknya. Saat itu ayah protes “ibu harus yang pertama”. Mungkin karena ayah punya alasan tertentu dan
tau bagaimana memposisikan ibu dalam keluarga.
Akh…ibu, rasanya tak sanggup aku lanjutkan
tulisan ini. Karena aku tau, yang harus
kulakukan untukmu bukan menuangkanmu dalam sebuah cerita tetapi berada di
dekatmu selalu itulah yang terpenting. Aku
juga tahu engkau tak mengharap balasan apapun dari anak-anakmu. Seorang ibu hanya selalu berharap agar segala
doa dan harapan untuk anak-anak tercintanya segera terkabulkan. Kasih sayang
yang tulus penuh cinta tercurah dari lubuk hatinya yang paling dalam sehingga
tidaklah bijak jika sekiranya seorang anak, tanpa alasan yang mendesak tidak
bisa meluangkan waktunya untuk seorang ibu yang sedang membutuhkannya.
Ibu…., aku takut, aku merinding, aku
menangis kala membaca berita di beberapa media baik tertulis maupun online,
bahwa beberapa ibu telah dititipkan di panti jompo oleh anak-anaknya dengan berbagai
alasan. Salah satunya adalah alasan kesibukan hingga tak punya waktu untuk
merawat orang tuanya. Berbagai alasan
lain mengikuti statement mereka yang sepakat dengan hal itu tapi tidak denganku.
Banyak pro dan kontra atas keberadaan seorang ibu di panti jompo. Banyak yang sepaham
banyak juga yang tidak sepaham dengan kata lain banyak orang yang mengecam
tindakan seorang anak yang menitipkan orang tuanya di panti jompo. Mungkin saja mereka benar, mereka punya alasan
tersendiri tapi TIDAK dengan saya ibu. Aku ingin ibu selalu berada bersama-sama
dengan saya. Menikmati pahit manisnya kehidupan yang semakin keras ini.
Kekuatan doa-doa dan kasih sayang ibu adalah senjata paling ampuh melawan
kerasnya hidup ini.
Masih ingatkah ibu saat kita berbagi
kasih dengan para ibu-ibu di panti jompo? Masih segar dalam ingatanku, kala itu
ibu melirik lirih kepadaku dan aku menangkap kekhawatiran itu, lalu aku
berbisik “TENANG IBU, SELAMA MASIH ADA AKU, IBU TAKKAN PERNAH ADA DI SINI”. Ibupun
Tersenyum. Teruslah tersenyum ibu, karena itulah harapanku selalu ingin
membuatmu tersenyum!. SELAMAT HARI IBU, IBUKU SAYANG. AKU MENCINTAIMU!. Peluk
cium dan sembah sujudku untukmu Bu. Kuhaturkan maaf yang setinggi tingginya
atas segala dosa dan khilafku selama ini. Semoga engkau selalu di berikan
kesehatan dan umur yang panjang. Amin Ya Rabbal Alamin.
3 komentar
ibu,saya terkesan setelah membaca tulisan ibu tentang HARI IBU...
BalasHapusTerima kasih....
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus