(Catatan
Perjalanan Vietnam Edisi 4 ) Tamat
Oleh: Abby
Onety
Tatapan mata itu tajam sekali, membuat
hatiku bergetar kencang. Rasanya tak
mampu menggaransi pikiranku sendiri untuk tidak memikirkannya. Jika harus jujur sejujur-jujurnya, saya tak
mampu balik menatapnya sampai pada akhirnya saya harus lari dari kenyataan
dengan mengambil langkah seribu, meninggalkannya terpana. Bahkan di awal pagi ini, tatapan itu masih
terbayang, larut diantara seruput kopi Vietnam yang masih tersisa setengah
gelas lagi. Aroma kopi Vietnam tak
mengalahkan bayang mata itu.
Kisah sepasang mata ini tercipta saat
saya trip ke sungai Mekong. Di hari ke 3
berada di Vietnam, saya memilih untuk ikut Tour Aamiin Travel karena Mekong
trip memakan waktu seharian penuh. Star
pagi pukul 07.00 hingga pukul 18.00.
dengan merogoh kocek 320 VND atau sekitar RM 60 atau sekitar Rp. 200.000
sudah bisa ikut Tour Aamin Travel dengan fasilitas bus antar jemput, makan
minum selama tour berlangsung, biaya motor booth, naik dokar, dan sewa perahu
menyusuri sungai Mekong. Pokoknya kita
hanya bawa diri deh hehee.
Semalam tadi, sebelum tidur saya sudah
titip pesan pada reseption hotel agar dibangunkan lebih awal. Makanya pagi ini sebelum pukul 07.00 saya
sudah duduk cantik di lobby hotel. Tak
lama kemudian Tuan Lee (Tour Guide)
kami yang super ramah dan bersahabat ini datang menjemput dengan mini bus
nya. Rupanya saya adalah peserta pertama
yang dijemput. Setelah itu kami menuju
hotel kedua, ketiga, dan keempat untuk menjemput peserta tour Sungai Mekong.
Perjalanan dari Saigon/Kota Ho Chi Minh
menuju sungai Mekong di tempuh dengan 2 jam perjalanan menggunakan mini bus.
Melintasi beberapa kampung dan sawah ke My Tho. Sepanjang perjalanan ada yang
menarik perhatian saya, kok ada kuburan di tengah sawah? Rupanya kuburan yang
saya lihat itu adalah kuburan pribadi orang-orang Vietnam yang berkasta tinggi
karena tidak semua sawah ada kuburannya. Alasan lainnya adalah agar sawah yang ada
kuburannya itu agar tetap menjadi milik keluarga turun temurun dan tidak dijual oleh keluarga yang ditinggalkan.
Sepanjang perjalanan Tour guide kami
Tuan Lee banyak bercerita seputar wilayah Ho Chi Minh termasuk daerah sekitar
sungai Mekong. Penduduk sungai Mekong 80%
orang Vietnam dan 20% orang Kamboja. Rata-rata
orang Kamboja yang tinggal di pulau ini, datang pada pagi hari dan pulang sore hari setelah urusan dagang
selesai. Mereka (orang Kamboja) datang
hanya untuk berdagang atau mencari nafkah di wilayah Vietnam.
Pulau yang di huni oleh suku Campa
Kamboja merupakan komunitas muslim yang menjual aneka souvenir dan makanan
ringan. Untuk berkomunikasi dengan suku
Campa, kami hanya menggunakan bahasa tubuh sebab mereka hanya bisa berbahasa
suku Campa dan tidak mengerti inggris (dibaca;
saya juga). Saat berkomunikasi
dengan orang Campa, ada tawa diantara kami para peserta tour yang jumlahnya 10
orang. Jumlah yang sangat memungkinkan
terjalinnya komunikasi yang akrab.
Disini kami ibarat seorang yang telah berkawan lama. Inilah makna sebuah perjalanan, bisa bertemu
dengan orang-orang yang baru yang tidak menutup kemungkinan pertemuan itu bisa
berlanjut menjadi hubungan silaturahmi yang baik hingga menjadi teman, sahabat,
bahkan seperti keluarga.
Salah seorang teman yang bertemu di
perjalanan adalah Kak Maznah Kamis
yang berasal dari Singapore. Ho Chi Minh
City adalah kota yang mempertemukan kami beberapa kali setelah trip Sungai Mekong
berakhir. Saat bertemu kedua kalinya di
Ben Tanh Market kami berdua setengah berteriak sebagai ungkapan kebahagian bisa
bertemu lagi. Bukankah ekspresi semacam ini menunjukkan bahwa sebuah
perjalanan yang mempertemukan dua orang yang belum pernah bertemu sebelumnya
bisa berlanjut menjalin sebuah pertemanan?.
Sekali lagi, ini makna sebuah perjalanan.
Ditengah perjalanan mini bus berhenti
untuk rehat sejenak di “Rest Stop”. Disini ada tempat shopping murah untuk belanja
ole-ole. Saya bandingkan harga beberapa
produk di sini dengan harga di Saigon agak jauh berbeda. Disini harganya murah.
Ada jual topi, baju, tas, dan beberapa pakaian khas vietnam.
Mengendarai motor booth ke kawasan Bent
Tre. Disisi kiri dan kanan bisa melihat
pulau yang berbatasan dengan Laos, Kamboja, dan Myanmar. Di pulau ini tersaji gula-gula coconut secara
gratis dan melihat langsung proses pembuatan gula-gula tersebut oleh komunitas
suku Campa Kamboja. Ada banyak jualan
kerajinan tangan terutama dari kayu dan batok kelapa. Saya tidak menyarankan
membelinya disini karena agak mahal dibandingkan harga di Bent Than Market.
Di pulau ini pula kita bakal
berinteraksi dengan seekor ular phyton, kita bisa menggendongnya sambil selfie
dengan ularnya. Benar-benar menguji
adrenalin. Tapi saya tidak berani, saya
hanya menatapnya, si ular phyton balik menatapku dan itu membuatku lari
terbirit birit. Tatapan mata inilah yang saya
maksud di awal paragraf tulisan ini. Jika saat ini saya hanya mampu berilustrasi
tentang sepasang mata phyton, maka doakan saya semoga kelak bisa berilustrasi
tentang sepasang mata bule.... eh bola #Eaaa
Perjalanan dilanjutkan menuju pasar
tradisional di pulau itu. Dalam
perjalanan, kita bisa melihat anak-anak sekolah dengan pakaian
tradisionalnya. Bajunya panjang seperti
baju kurung tetapi sempit melilit badannya dan bagian perut sedikit agak
terbuka. Mereka juga memakai topi dari
daun kelapa sawit. Mereka tersenyum
ramah saat kami sapa.
Kini telah sampai ke pulau Unicon, di
tempat ini kita bisa menikmati sajian madu asli langsung dari sarang
lebahnya. Kemudian menikmati aneka
masakan halal asli khas Vietnam. Di sini
kami makan siang. Sebelum melanjutkan
perjalanan, kami sholat dhuhur lebih dahulu bahkan sempat terlelap sekitar 15
menit di ayunan pulau Unicon samping mushollah.
Kembali menyusuri anak sungai Mekong
dengan menggunakan sampan/perahu kecil untuk balik ke Saigon, tapi sebelumnya
kami singgah dulu menikmati sajian aneka buah yang lagi-lagi grentongan dan di
hibur oleh peyanyi lokal daerah. Anehnya
lagi, salah satu lagu yang dibawakan oleh penyanyi ini adalah lagu yang pernah
populer di seluruh wilayah indonesia. Ada juga beberapa lagu Vietnam dengan
lirik indonesia. Mungkin lagu yang
mereka sajikan di sesuaikan dengan negara asal tamu yang datang.
Satu hari menjelajah sungai Mekong
dengan mengunjungi 4 pulau. Lanjut
dengan kereta kuda yang support wifi dengan password “kudakuhandsome”
(hihihii...abaikan, justkid). Akhirnya selesai juga trip Sungai Mekong. Saatnya
kembali ke Saigon (Kota Ho Chi Minh).
Keesokan
harinya saya menempuh penerbangan dari Tan Son Nhat International Airport menuju
Kuala Lumpur International Airport.
Memilih transit semalam di Bukit Bintang lalu besok pagi kembali
melanjutkan penerbangan ke Hasanuddin International Airport.
Kemanapun kaki melangkah, Makassar adalah tempatku akan kembali.
Vietnam; Someday i will come back J
@Tamat@
Aah.. kirain kak abby udah dapat tatapan sepasang mata bola dari yang punya bola... #eh ๐๐
BalasHapusDoakan... hahahaa
Hapuswih seperti sungai maron di pacitan bun hehehehehe
BalasHapusSerupa tapi tak sama yan hehee
HapusSerunyaaa jalan-jalannya Kak Abby :)
BalasHapusLebih seru lagi klo kita jalan bareng ya ndy ๐
HapusUlar phytonnya mo saya kak Abby. Asli kereeeen. Haha :D
BalasHapusHahahahaa.. mau liat phyton juga ya
Hapuskayaknya seru tuh
BalasHapusWah... seru deh. Boleh coba
HapusKayaknya seru.......
BalasHapusKayakx Lebih seru klo trip bersama rendik ya
HapusDeh tertipuku, kukira tongmi tatapan mata siapa hahaha.
BalasHapusSemoga suatu saat Abby menikmati mata manusia yang bisa membuat jantung deg-deg duar, lalu berlanjut ke .... Aamiin (Abby saja yang lanjutkan kata-kataku na)
Kak abby, kalo sedang traveling ke luar negeri begitu bagaimana carata tau waktu sholat dan apakah disediakan tempat untuk beribadah?
BalasHapusMauku tong traveling jauh-jauh. Eh nanti ajakkah nah, Ayangbeb tidak izinkan pergi bela kalau tidak ada temanku.
BalasHapusTour Aamin Travel dengan fasilitas bus antar jemput, makan minum selama tour berlangsung, biaya motor booth, naik dokar, dan sewa perahu menyusuri sungai Mekong. Tinggal bawa diri? Wow murah itu yaa?
BalasHapusMelintasi sungai dengan vegetasi nipa di tepi seperti melintasi sungai Tello kalau ke Lakkang. Kenapa ya susah membangun destinasi wisata yang potensial di Indonesia?
BalasHapusKakak.. saya kira cinlok ki saat travelling, ternyata deh..
BalasHapusbtw, abis berapa kalau mau ke Vietnam kak?
Kalimat pembukanya melakonlis sekali kak Abby. Pas baca bagian tengah trnyata cukup mengecoh hahahah. Itu klo sya yg bertatapan sama ularnya mungkin smbil joget ular, ssttt, ssttt. ๐
BalasHapusAamiin kak Abby, smoga ada ksempatan lagi buat kmbali ksana.
Hadeuh di vietnam pade, saya mikirnya tadi ini di Rammang-Rammang hahaa gara2 liat perahunya kak. Anti mainstream juga yak, ke desa-desanya. Kalau saya paling juga citytrip haha cemen memang saya nih
BalasHapusAsyik banget ini jalan-jalannya yaaa. Naik perahu ke beberapa pulau. Pasti seru itu ketemu orang baru dan menjelajah tempat baru yaa. Makanannya gimana kaka Abby enak ji kah? Tapi ngerikuu liat itu ularnya gang kaka Abbyyy...
BalasHapusSungai Mekong ini mengingatkan sama film Rambo, bagaimana doi dikejar-kejar tentara vietkong tapi pelurunya ndak pernah kena.Tapi kalo Rambo yang nembak biar terpejam matanya langsung terpental tiga orang.Mana fotonya Kak Abby sama ular?
BalasHapusAsyik sekali kak, dengan biaya Rp200.000,- sudah dapat fasilitas sebanyak itu.
BalasHapusMungkin mau dibuatkan satu postingan khusus yang membahas budget lengkap selama perjalanan ke Vietnam ini kak.
Kupenasaran dengan tatapan mata itu #eh ๐คฃ naik sampan gitu nda ngeri kak?
BalasHapusSudah baca juga cerita perjalananya kak abby yg di bandara vietnam itu, sukaa.
perjalanan ke Vietnam ini seru banget yah kak. Jadi teringat pengalaman yang serupa jalan2 juga, emang kalau bepergian jauh ketemu dengan ssatu suku itu rasanya kayak udah lama akrab. Waiting for the next tripnya kak Abby
BalasHapus